Adab Sebelum Ilmu

  • by
adab sebelum ilmu

Kenapa kita harus terus belajar (mengaji)?
jawaban singkatnya adalah biar ngga bodoh.
Imam Ahmad bin Hambal pernah menjelaskan betapa mulianya belajar (mengaji) . Tidak ada amalan lain yang bisa mengalahkan pahala mengaji. Tetapi… itu tentu saja bagi orang yang ngajinya ikhlas.

Apa maksudnya ikhlas ketika ngaji?
Maksud ikhlas disini adalah niatkan belajar untuk membuang kebodohan dari diri sendiri dan menghilangkan kebodohan dari orang lain.
Menghilanglkan kebodohan itu awalnya tidak tahu menjadi tahu, awalnya buruk menjadi baik.
dan salah satu yang sangat kita butuhkan dan sangat luas itu adalah ilmu pendidikan anak. Jangan kita berfikir bahwa ilmu pendidikan itu remeh dan sangat sedikit. Bahkan sebaliknya, banyak dan sangat luas. Ilmu pendidikan anak itu ada di dalam Al Quran, Hadits, praktekl sahabat, kehidupan para ulama salaf. kalau kita gali ilmu itu tidak ada habisnya. Yang kalau kita pelajari maka kita akan mengetahui banyaknya kesalahan dari diri kita dalam mendidik anak.

Contoh belum sempurnanya kita dalam mendidik Anak.
Ketika mendidik anak, apakah prioritasnya?
Banyak sekali yang perlu kita ajarkan kepada anak kita. Apa yang perlu diprioritaskan?
Kenapa?

  1. Karena itu kebiasaan para sahabat Nabi SAW dan ulama kita
    Umar bin Khattab berkata “Beradablah kemudian belajarlah”
    Ali bin Abi Thalib menafsirkan surat AtTahrim:6 “Wahai orang2 yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka” –> Jadikan mereka beradab terlebih dahulu lalu baru ajari mereka ilmu.
    Imam Abdullah Ibnul Mubarak (Ulama besar, saudagar, kaya raya, mujahid) berkata Aku belajar adab 30 tahun baru aku kemudian belajar ilmu 20 tahun. Mereka (para ulama, salaf, sahabat) belajar adab dulu sebelum belajar ilmu.
  2. Kenapa kita belajar adab dulu, supaya ilmu yang dipelajari tidak membuat besar kepala (sombong)
    Imam Abdullah Ibnul Mubarak berkata sesungguhnya ilmu itu bisa membuat orang kepala sebagaimana harta bisa membuat orang besar kepala. Surat Al Alaq:6-7 Manusia bisa besar kepala gara2 kekayaan. Ilmu juga sama seperti harta bisa membuat orang besar kepala.
  3. Agar nanti menghormati ilmu dan ahli ilmu
    Ilmu itu sesuatu yang mulia. Kita sering melihat orang memiliki hafalan Quran yang banyak tetapi tidak menghormati Quran. Kita sering melihat orang memiliki hafalan hadits banyak tetapi tidak menghormati ulama. Kerjaannya mencela ulama, mengumpulkan aib2 para ulama, share kekurangan para ustadz. fasih membaca dalil tapi hobi menyebarkan aib orang lain. Kenapa? karena tidak belajar adab.
    Maka seseorang kalau pengen menjadi orang yang baik, pengen anak2 menjadi anak yang baik, maka ajarkanlah adab dulu sebelum mengajarkan ilmu.

Apakah adab itu? Adab itu mengamalkan akhlak mulia
Adab itu sangat banyak, maka dari itu ulama perlu belajar 30 tahun.
Mengajarkan adab itu tanggung jawab kita sebagai orang tua.
AtTahrim:6 “Wahai orang2 yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka”
Baru kemudian tanggung jawab guru atau ustadz

Cara mengajarkan adab kepada anak: teori dan praktek
Teori dengan memberi tontonan yang mendidik, bisa dengan omongan langsung kepada anak.
Praktek dengan memberi contoh dan memberi teguran
Jangan pernah berpikir anak tidak memperhatikan apa yang kita lakukan
Pengajian Imam Ahmad yang hadir 4000-5000 orang, yang nulis 400 orang. Sisanya belajar dari Imam Ahmad adab.
Menyamakan frekuensi antara guru dan orang tua itu penting, agar antara guru dan orang tua sama dalam mencontohkan adab kepada anak dirumah dan di sekolah.
Talqin (teori) itu penting, tapi harus diperkuat dengan praktek (contoh dan teguran)
Teguran harus dilakukan jika ada yg tidak pas, tapi juga harus dilakukan dengan baik. Walaupun teguran sekali 2 kali belum memberikan efek, tetapi harus terus dilakukan, lama2 anak2 akan terbiasa.
Anas bin Malik pernah ditanya sperti apa sih dahulu para guru di zaman Abu Bakar Umar Utsman Ali. Anas bercerita, pada zaman dulu para guru punya panci/ bejana. Setiap hari murid2 datang membawa air yang bersih, ngantri. Kemudian antrian satu2 bawa air, papan dari kayu buat nulis. Air dibuat untuk mencuci papan catatan agar papan bisa dipakai mencatat pelajaran hari ini. Air ditampung di panci tersebut. Kemudian mereka membuat lubang, air dibuang di lubang tersebut. Mereka melakukan dengan hati2 karena yang dipelajari adalah Al Quran.
Tidak seperti sekarang anak2 memperlakukan Al Quran dengan tidak berhati2.

Pada suatu haru Harun Al Rasyid kirim utusan menemui Anas bin Malik. Utusan tersebut memanggil Anas bin Malik supaya datang ke istana untuk mengajari 2 anaknya Al Amin dan Al Ma’mun. Ternyata Imam Malik menolak, beliau berkata “ilmu itu didatangi bukan memdatangi”.
Harun Al Rasyid tidak protes/ marah karena tau kedudukan ulama.
Kemudian utusan dikirim untuk kedua kalinya “yasudah anak yang akan aku kirim ke tempatmu belajar”.
Imam Malik menjawab “boleh tapi ada syaratnya, 2 anakmu tidak boleh melewati orang2 yang sudah duduk duluan, dan harus duduk dimana dia datang”. Inilah contoh adab

Catatan dari Ustadz Abdulllah Zaen, Lc.,MA dengan judul yang sama, Link kajian berikut.

Postingan pertama, belum diedit 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *